BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Indonesia
merupakan negara beriklim tropis dengan suhu dan kelembaban yang tinggi.
Kondisi ini sangat mendukung pertumbuhan kapang toksigenik penghasil
mikotoksin. Kapang penghasil mikotoksin seperti) XVDULXPsp banyak ditemukan
pada komoditas pertanian di Indonesia seperti serealia (jagung, gandum, sorgum
dan beras) dan kacang-kacangan (kacang tanah dan kedelai) yang digunakan
sebagai bahan pangan dan pakan. Mikotoksin yang dihasilkan oleh) XVDULXP sp
sebagai metabolit sekunder, diantaranya adalah fumonisin (Leslie dan Summerell,
2006).
Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman
ini
hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis
rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai
kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan
Sumatera. Untuk pembuatan gula, batang tebu yang sudah dipanen diperas dengan
mesin pemeras (mesin press) di pabrik gula. Sesudah itu, nira atau air perasan tebu
tersebut disaring, dimasak, dan diputihkan sehingga menjadi gula pasir yang kita
kenal. Dari proses pembuatan tebu tersebut akan dihasilkan gula 5%, ampas tebu
90% dan sisanya berupa tetes (molasse) dan air (Balitbangtan, 2007).
hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis
rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai
kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan
Sumatera. Untuk pembuatan gula, batang tebu yang sudah dipanen diperas dengan
mesin pemeras (mesin press) di pabrik gula. Sesudah itu, nira atau air perasan tebu
tersebut disaring, dimasak, dan diputihkan sehingga menjadi gula pasir yang kita
kenal. Dari proses pembuatan tebu tersebut akan dihasilkan gula 5%, ampas tebu
90% dan sisanya berupa tetes (molasse) dan air (Balitbangtan, 2007).
Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian
Indonesia. Dengan luas areal sekitar 350 ribu ha, industri gula berbasis tebu
merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu petani dengan
jumlah tenaga kerja yang terlibat mencapai sekitar 1,3 juta orang (Balitbangtan,
2007).
Indonesia. Dengan luas areal sekitar 350 ribu ha, industri gula berbasis tebu
merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu petani dengan
jumlah tenaga kerja yang terlibat mencapai sekitar 1,3 juta orang (Balitbangtan,
2007).
Menurut Toharisman (2007), Sumatera Utara merupakan salah satu
daerah
penghasil gula di luar pulau Jawa, setiap tahunnnya mengalami penurunan
produksi akibat menurunnya luas areal yang dapat ditanami tebu dan tingkat
produktivitas gula PTPN II (Sumatera Utara) hingga Oktober 2007 hanya 2,83
ton/ha. Penurunan produktivitas gula juga terkait dengan berbagai faktor seperti
penggunaan dan penataan varietas unggul, kultur teknis dan masa tanam yang
tidak optimal.
penghasil gula di luar pulau Jawa, setiap tahunnnya mengalami penurunan
produksi akibat menurunnya luas areal yang dapat ditanami tebu dan tingkat
produktivitas gula PTPN II (Sumatera Utara) hingga Oktober 2007 hanya 2,83
ton/ha. Penurunan produktivitas gula juga terkait dengan berbagai faktor seperti
penggunaan dan penataan varietas unggul, kultur teknis dan masa tanam yang
tidak optimal.
Tanaman tebu merupakan salah satu tanaman yang dapat berfungsi
sebagai obat dan bahan dasar gula. Tanaman tebu memerlukan lahan
yang sesuai untuk tumbuh. Dengan lahan yang sesuai maka tanaman tebu
dapat tumbuh subur dan hasil panen meningkat. Tanaman tebu dapat tumbuh
pada daerah yang beriklim panas dan lembab. Kelembaban yang baik
untuk pertumbuhan tanaman ini > 70%. Suhu udara berkisar antara 28-340C.
Media tanam yang terbaik adalah tanah subur dan cukup air tetapi tidak
tergenang. Jika ditanam ditanah sawah dengan irigasi, pengairan mudah
diatur, tetapi jika ditanam di ladang/tanah kering yang tadah hujan penanaman
harus dilakukan dimusim hujan. Ketinggian tempat yang baik untuk
pertumbuhan tebu adalah 5 sampai 500 m dpl. (Supriyadi. 1995)
Hasil perbandingan antara persyaratan penggunaan lahan dari tipe penggunaan
lahan tertentu dengan kualitas lahan suatu satuan peta lahan dikombinasikan
dengan hasil analisa input–output, dampak terhadap lingkungan
dan analisa sosial ekonomi menghasilkan suatu kelas kesesuaian lahan
yang menunjukan kesesuaian masing–masing satuan peta lahan untuk penggunaan
lahan tertentu (Sarwono Harjowigeno dan Widiyatmaka. 2007).
Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.)
merupakan salah satu komoditas penting
sebagai bahan pembuatan gula yang sudah menjadi kebutuhan industri dan rumah
tangga. Hal ini dikarenakan dalam batangnya terkandung 20% cairan gula (Royyani
dan Lestari, 2009). Produksi gula Indonesia tidak mengalami perkembangan yang
berarti semenjak tahun 1995 hingga tahun 2010. Hal ini dapat dilihat pada data yang
dirilis oleh Badan Pusat Statistik tahun 2012 yang menunjukkan bahwa produksi gula
tebu di Indonesia pada tahun 1995 sebesar 2,1 juta ton sedangkan produksi tahun
2010 hanya 2,3 juta ton. Hal ini menyebabkan pemerintah harus melakukan impor
gula sebesar 240.000 ton untuk mencukupi kebutuhan gula (BPS, 2012). Dalam
menyikapi masalah tersebut pemerintah melakukan berbagai upaya guna menekan
impor gula di Indonesia.
sebagai bahan pembuatan gula yang sudah menjadi kebutuhan industri dan rumah
tangga. Hal ini dikarenakan dalam batangnya terkandung 20% cairan gula (Royyani
dan Lestari, 2009). Produksi gula Indonesia tidak mengalami perkembangan yang
berarti semenjak tahun 1995 hingga tahun 2010. Hal ini dapat dilihat pada data yang
dirilis oleh Badan Pusat Statistik tahun 2012 yang menunjukkan bahwa produksi gula
tebu di Indonesia pada tahun 1995 sebesar 2,1 juta ton sedangkan produksi tahun
2010 hanya 2,3 juta ton. Hal ini menyebabkan pemerintah harus melakukan impor
gula sebesar 240.000 ton untuk mencukupi kebutuhan gula (BPS, 2012). Dalam
menyikapi masalah tersebut pemerintah melakukan berbagai upaya guna menekan
impor gula di Indonesia.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produksi gula
dalam negeri adalah upaya ekstensifikasi dan intensifikasi. Upaya ekstensifikasi yang
dilakukan pemerintah adalah melakukan perluasan areal pertanaman tebu yang pada
tahun 2000 hanya berkisar 288.000 ha saat ini luas pertanaman tebu mencapai 429.000 ha (BPS, 2012). Akan tetapi upaya pemerintah untuk meningkatkan
produktivitas gula menghadapi berbagai macam kendala.
dalam negeri adalah upaya ekstensifikasi dan intensifikasi. Upaya ekstensifikasi yang
dilakukan pemerintah adalah melakukan perluasan areal pertanaman tebu yang pada
tahun 2000 hanya berkisar 288.000 ha saat ini luas pertanaman tebu mencapai 429.000 ha (BPS, 2012). Akan tetapi upaya pemerintah untuk meningkatkan
produktivitas gula menghadapi berbagai macam kendala.
Salah satu kendala yang dihadapi adalah permasalahan budidaya. Dalam
budidaya
tebu masalah utama yang dihadapi adalah tingkat kompetisi tanaman dengan gulma.
Gulma merupakan organisme pengganggu tanaman (OPT) yang tidak akan pernah
hilang dari pandangan petani, penyuluh, peneliti, dan pengambil kebijakan karena
keberadaannya lebih banyak merugikan daripada memberikan keuntungan. Oleh
sebab itu, manusia selalu berusaha mengelolanya.
tebu masalah utama yang dihadapi adalah tingkat kompetisi tanaman dengan gulma.
Gulma merupakan organisme pengganggu tanaman (OPT) yang tidak akan pernah
hilang dari pandangan petani, penyuluh, peneliti, dan pengambil kebijakan karena
keberadaannya lebih banyak merugikan daripada memberikan keuntungan. Oleh
sebab itu, manusia selalu berusaha mengelolanya.
1.2
Tujuan
1.
untuk mengetahui pengaruh kelembapan udara pada pertumbuhan tanaman tebu
2.
untuk mengetahui pertumbuhan tanaman tebu
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tanaman Tebu
2.1.1 Morfologi tanaman tebu
Tanaman tebu menurut ilmu tumbuh-tumbuhan termasuk famili rumput
(graminae) dan golongan saccharae atau saccharum. Termasuk dalam famili
rumput adalah tanaman bambu, padi, jagung, rumput benggala, rumput gerinting,
dan sebagainya. Saccharum terbagi dalam 2 kelompok yaitu saccharum
spontaneum (glagah) dan saccharum officinarum (tebu) (PTP Nusantara VII
[Persero], 1997).
(graminae) dan golongan saccharae atau saccharum. Termasuk dalam famili
rumput adalah tanaman bambu, padi, jagung, rumput benggala, rumput gerinting,
dan sebagainya. Saccharum terbagi dalam 2 kelompok yaitu saccharum
spontaneum (glagah) dan saccharum officinarum (tebu) (PTP Nusantara VII
[Persero], 1997).
Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman
perkebunan semusim yang
dipanen satu kali dalam satu kali siklus hidupnya.Tanaman ini ditanam besarbesaran secara monokultur di Indonesia. Klasifikasi botani tanaman tebu adalah
sebagai berikut :
dipanen satu kali dalam satu kali siklus hidupnya.Tanaman ini ditanam besarbesaran secara monokultur di Indonesia. Klasifikasi botani tanaman tebu adalah
sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Famili : Poaceae
Genus : Saccharum
Spesies : Saccharum
officinarum L.
Tebu merupakan tanaman berbiji tunggal yang batangnya selama pertumbuhan
hampir tidak bertambah besarnya. Tinggi tanaman tebu bila tumbuh dengan baik
dapat mencapai 3—5 meter. Namun bila pertumbuhannya jelek tingginya kurang
dari 2 meter (PTP Nusantara VII [Persero], 1997).
hampir tidak bertambah besarnya. Tinggi tanaman tebu bila tumbuh dengan baik
dapat mencapai 3—5 meter. Namun bila pertumbuhannya jelek tingginya kurang
dari 2 meter (PTP Nusantara VII [Persero], 1997).
Batang tebu berbentuk bulat memanjang dengan ukuran diameter berkisar
1,5—3
cm, panjang berkisar 2—3,5 m dan berat segar batang 0,8—2 kg. Bagian batang
luar berkulit keras sedangkan bagian dalam relatif lebih lunak dan mengandung
nira (air gula). Batang tebu terdiri dari susunan ruas-ruas, antara ruas satu dengan
ruas berikutnya dihubungkan oleh buku ruas. Pada setiap buku ruas terdapat satu
mata tunas dan sejumlah primordia akar yang berperan penting dalam
perkembangbiakan tanaman tebu. Tebu tumbuh membentuk rumpun yang terdiri
dari 3—5 batang per rumpun (Riyanto, 1999).
cm, panjang berkisar 2—3,5 m dan berat segar batang 0,8—2 kg. Bagian batang
luar berkulit keras sedangkan bagian dalam relatif lebih lunak dan mengandung
nira (air gula). Batang tebu terdiri dari susunan ruas-ruas, antara ruas satu dengan
ruas berikutnya dihubungkan oleh buku ruas. Pada setiap buku ruas terdapat satu
mata tunas dan sejumlah primordia akar yang berperan penting dalam
perkembangbiakan tanaman tebu. Tebu tumbuh membentuk rumpun yang terdiri
dari 3—5 batang per rumpun (Riyanto, 1999).
Akar tanaman tebu tumbuh dan berkembang di bawah permukaan tanah yang
tidak dapat dimonitor perkembangannya setiap saat karena tertutup oleh lapisan
tanah dan tidak dapat dilihat tanpa menggali tanah. Sistem perakaran tebu adalah
akar serabut. Perakaran tebu terdiri dari dua jenis akar, yaitu akar stek dan akar
tunas. Akar stek tumbuh dari primordia akar yang terdapat pada stek batang yang
ditanam. Akar stek disebut juga akar bibit yang masa hidupnya tidak lama
sedangkan akar tunas merupakan pengganti akar bibit, tumbuh dari primordial
akar yang terdapat pada buku ruas pada pankal batang dari tunas.
tidak dapat dimonitor perkembangannya setiap saat karena tertutup oleh lapisan
tanah dan tidak dapat dilihat tanpa menggali tanah. Sistem perakaran tebu adalah
akar serabut. Perakaran tebu terdiri dari dua jenis akar, yaitu akar stek dan akar
tunas. Akar stek tumbuh dari primordia akar yang terdapat pada stek batang yang
ditanam. Akar stek disebut juga akar bibit yang masa hidupnya tidak lama
sedangkan akar tunas merupakan pengganti akar bibit, tumbuh dari primordial
akar yang terdapat pada buku ruas pada pankal batang dari tunas.
Pertumbuhan dan perkembangan akar dipengaruhi oleh lingkungan media tumbuh
akar secara fisik, kimia, dan biologi yang bersifat heterogen sesuai dengan kondisi
tanah tempat tumbuhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar antara lain: 1) kekerasan, aerasi, dan kelengasan tanah, 2)
hama dan penyakit yang menyerang, 3) kedalaman tanam dan permukaan air
tanah (Riyanto, 1999).
akar secara fisik, kimia, dan biologi yang bersifat heterogen sesuai dengan kondisi
tanah tempat tumbuhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar antara lain: 1) kekerasan, aerasi, dan kelengasan tanah, 2)
hama dan penyakit yang menyerang, 3) kedalaman tanam dan permukaan air
tanah (Riyanto, 1999).
Tanaman tebu memiliki akar serabut yang keluar dari pangkal batang serta
tidak
banyak bercabang dan hampir lurus. Pada tanah yang subur dan gembur, akar
tebu menjalar 1—2 meter tetapi sebaliknya akar tumbuh pendek pada tanah yang
kurus atau keras. Ujung setiap akar ditutup dengan tudung akar (calytra) dan
berjarak beberap mm dari tudung akar terdapat bulu-bulu halus yang disebut bulu
akar (harwortels). Adanya bulu-bulu akar ini menandakan akar tumbuh dengan
baik. Akar baru yang terbentuk berwarna putih, setelah tua berubah warna
menjadi kecoklatan dan mempunyai banyak cabang (PTP Nusantara VII
[Persero], 1997).
banyak bercabang dan hampir lurus. Pada tanah yang subur dan gembur, akar
tebu menjalar 1—2 meter tetapi sebaliknya akar tumbuh pendek pada tanah yang
kurus atau keras. Ujung setiap akar ditutup dengan tudung akar (calytra) dan
berjarak beberap mm dari tudung akar terdapat bulu-bulu halus yang disebut bulu
akar (harwortels). Adanya bulu-bulu akar ini menandakan akar tumbuh dengan
baik. Akar baru yang terbentuk berwarna putih, setelah tua berubah warna
menjadi kecoklatan dan mempunyai banyak cabang (PTP Nusantara VII
[Persero], 1997).
Daun tebu berpangkal pada buku daun dan duduk pada batang secara berseling.
Daun tebu tumbuh melekat pada ruas batang tebu, setiap ruas hanya tumbuh satu
daun. Daun tebu merupakan daun tunggal yang terdiri dari pelepah dan helaian
daun tidak memiliki tangkai daun. Panjang helaian daun umumnya lebih dari 1 m
dengan lebar 3—5 cm. Pelepah daun membungkus batang waktu tanaman masih
muda, setelah tua akan gugur atau lepas batang.
Daun tebu tumbuh melekat pada ruas batang tebu, setiap ruas hanya tumbuh satu
daun. Daun tebu merupakan daun tunggal yang terdiri dari pelepah dan helaian
daun tidak memiliki tangkai daun. Panjang helaian daun umumnya lebih dari 1 m
dengan lebar 3—5 cm. Pelepah daun membungkus batang waktu tanaman masih
muda, setelah tua akan gugur atau lepas batang.
Pelepah daun tebu seringkali digunakan untuk mencirikan antara varietas
yang
satu dengan yang lain, terutama dilihat dari adanya perbedaan pada bentuk telinga
dalam dan bulu bidang punggung pada pelepah. Pelepah daun sebagai sistem
pertahanan berperan melindungi mata tunas ketika masih muda agar terhindar dari
kerusakan mekanis (Riyanto, 1999).
satu dengan yang lain, terutama dilihat dari adanya perbedaan pada bentuk telinga
dalam dan bulu bidang punggung pada pelepah. Pelepah daun sebagai sistem
pertahanan berperan melindungi mata tunas ketika masih muda agar terhindar dari
kerusakan mekanis (Riyanto, 1999).
2.1.2 Kesesuaian lahan
tanaman tebu
Tanaman tebu tumbuh dan berproduksi dengan baik pada kondisi
sebagai berikut :
a. Topografi
a. Topografi
Tanaman tebu tumbuh di daerah tropika dan subtropika sekitar
khatulistiwa
sampai batas garis isoterm 200C yaitu antara 19” LU dan 35” LS. Lahan yang
baik untuk tebu mempunyai kemiringan 0 - 8% dengan bentuk lahan datar
sampai bergelombang lemah. Kondisi lahan optimum dengan kemiringan 0 -
2%.
sampai batas garis isoterm 200C yaitu antara 19” LU dan 35” LS. Lahan yang
baik untuk tebu mempunyai kemiringan 0 - 8% dengan bentuk lahan datar
sampai bergelombang lemah. Kondisi lahan optimum dengan kemiringan 0 -
2%.
b. Tanah
Tanaman tebu menghendaki tanah yang tidak terlalu kering dan juga
tidak
terlalu basah. Kesesuaian pH tanah antara 6,0—7,0 dan bila pH >7,5, maka
produksi tebu akan terus menurun akibat mengalami kekurangan P
(mengendap).
terlalu basah. Kesesuaian pH tanah antara 6,0—7,0 dan bila pH >7,5, maka
produksi tebu akan terus menurun akibat mengalami kekurangan P
(mengendap).
c. Iklim
Curah
hujan. Tanaman tebu membutuhkan air yang cukup (3,0—5,0
mm/hari) pada fase pertumbuhan vegetatif, sedangkan pada fase pemasakan
memerlukan kondisi kering dengan curah hujan kurang dari 100 mm.
Penyinaran. Radiasi matahari 70—80% dapat memberikan hasil yang cukup
baik bagi tanaman tebu.
mm/hari) pada fase pertumbuhan vegetatif, sedangkan pada fase pemasakan
memerlukan kondisi kering dengan curah hujan kurang dari 100 mm.
Penyinaran. Radiasi matahari 70—80% dapat memberikan hasil yang cukup
baik bagi tanaman tebu.
d. Angin
Kecepatan angin yang baik untuk tanaman tebu adalah 10 km/jam,
angin yang terlalu besar akan menyebabkan robohnya tanaman tebu.
angin yang terlalu besar akan menyebabkan robohnya tanaman tebu.
e. Suhu
Suhu optimum untuk pertumbuhan tanaman tebu adalah 22—27OC
dengan beda suhu siang dan malam ±10OC.
dengan beda suhu siang dan malam ±10OC.
f. Kelembaban
Tanaman tebu dapat tumbuh didaerah yang beriklim panas
dan sedang. Namun umumnya tanaman tebu tumbuh baik di daerah beriklim tropis.
Tebu memerlukan suhu tertentu, yaitu 22-270 C dengan kelembaban
sekitar 65-85% untuk menghasilkan sukrosa yang tinggi. Dalam masa pertumbuhan
tanaman tebu memerlukan banyak air, sedangkan tebu masak untuk dipanen,
membutuhkan keadaan yang kering dan tidak ada hujan, sehingga pertumbuhannya
terhenti.
2.1.3 Fase pertumbuhan tanaman tebu
Tanaman tebu memiliki beberapa fase pertumbuhan mulai dari fase
perkecambahan hingga pemasakan teu. Fase tersebut terdiri atas:
perkecambahan hingga pemasakan teu. Fase tersebut terdiri atas:
a. Fase perkecambahan
Pada minggu pertama mata tunas akan membentuk taji dan tunas mulai
keluar,
tinggi taji akan makin banyak dan mencapai 12 cm pada minggu kedua. Pada
minggu ketiga daun akan terbuka dengan tinggi tunas 20—25 cm. Pada
minggu keempat akan terbentuk 4 helai daun dengan tinggi ±50 cm, akar tunas
dan anakan akan keluar pada minggu kelima. Kondisi tersebut berlangsung
bila cukup air, udara, dan sinar matahari.
tinggi taji akan makin banyak dan mencapai 12 cm pada minggu kedua. Pada
minggu ketiga daun akan terbuka dengan tinggi tunas 20—25 cm. Pada
minggu keempat akan terbentuk 4 helai daun dengan tinggi ±50 cm, akar tunas
dan anakan akan keluar pada minggu kelima. Kondisi tersebut berlangsung
bila cukup air, udara, dan sinar matahari.
b. Fase pertumbuhan anakan
Tebu beranak mulai umur 5 minggu sampai dengan 3,5 bulan,
tergantung
varietas dan lingkungan tumbuh. Jumlah anakan tertinggi terjadi pada umur
3—5 bulan dan setelah itu turun atau mati sebanyak 40—50% akibat
terjadinya persaingan sinar matahari, air dan sebagainya.
varietas dan lingkungan tumbuh. Jumlah anakan tertinggi terjadi pada umur
3—5 bulan dan setelah itu turun atau mati sebanyak 40—50% akibat
terjadinya persaingan sinar matahari, air dan sebagainya.
c. Fase pemanjangan batang
Pemanjangan batang terjadi pada umur 3—9 bulan. Kecepatan
pembentukan
ruas adalah 3—4 ruas/bulan. Pemanjangan batang tanaman tebu akan
melambat pada saat umur tanaman semakin tua.
ruas adalah 3—4 ruas/bulan. Pemanjangan batang tanaman tebu akan
melambat pada saat umur tanaman semakin tua.
d. Fase pemasakan
Fase pemasakan adalah fase antara pertumbuhan memanjang dan tebu
mati.
Pemasakan tebu terjadi pada saat metabolisme berkurang dan terjadi pengisian
gula pada ruas-ruas tebu. Fase kemasakan pada tanaman keprasan (ratoon)
terjadi lebih awal dibandingkan tanaman baru (plant cane). Fase kemasakan
20 dipengaruhi oleh varietas, cara budidaya (terutama pupuk N dan P) serta
kondisi lingkungan seperti suhu, matahari serta air (PTP Nusantara VII
[Persero], 1997).
Pemasakan tebu terjadi pada saat metabolisme berkurang dan terjadi pengisian
gula pada ruas-ruas tebu. Fase kemasakan pada tanaman keprasan (ratoon)
terjadi lebih awal dibandingkan tanaman baru (plant cane). Fase kemasakan
20 dipengaruhi oleh varietas, cara budidaya (terutama pupuk N dan P) serta
kondisi lingkungan seperti suhu, matahari serta air (PTP Nusantara VII
[Persero], 1997).
BAB III
Pengaruh Kelembaban Udara Terhadap Tanaman
Tanaman tumbuh dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang berasal dari tumbuhan itu sendiri disebut faktor
internal, namun faktor yang berasal dari lingkungan disebut faktor eksternal.
beberapa dari faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah
kelembaban udara. Kelembaban udara berarti kandungan uap air di udara.
Kelembaban dibutuhkan oleh tanaman agar tubuhnya tidak cepat kering karena
penguapan. Kelembaban yang dibutuhkan tanaman berbeda-beda tergantung pada
jenisnya. jika ingin mendapatkan produktifitas yang optimal, tanaman ada yang
membutuhkan kelembaban yang tinggi dan ada juga yang membutuhkan kelembaban
yang rendah.
Kelembaban udara berpengaruh
terhadap penguapan pada permukaan tanah dan penguapan pada daun. Contohnya
pohon, bila kelembaban tinggi maka pertumbuhan pohon akan terganggu karena
tidak seimbangnya antara unsur air dan cahaya. Tetapi kelembaban udara yang
tinggi sangat mempengaruhi pertumbuhan organ vegetatif pada pohon.
Kelembaban udara akan
berpengaruh terhadap laju penguapan atau transpirasi. Jika kelembaban rendah,
maka laju transpirasi meningkat dan penyerapan air dan zat-zat mineral juga
meningkat. Hal itu akan meningkatkan ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhan
tanaman. Dan sebaliknya, jika kelembaban tinggi, maka laju transpirasi rendah
dan penyerapan zat-zat nutrisi juga rendah . Hal ini akan mengurangi
ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman sehingga pertumbuhannya juga
akan terhambat. Selain itu, kelembaban yang tinggi akan menyebabkan tumbuhnya
jamur yang dapat merusak atau membusukkan akar tanaman. Dan apabila
kelembabannya rendah akan menyebabkan timbulnya hama yang dapat merusak
tanaman.
Pengaruh Kelembaban Udara Terhadap
Hama dan Penyakit
Tidak
ada organisme yang dapat hidup tanpa air karena disetiap bagian tubuh makhluk
hidup pasti memerlukan air. Sama halnya dengan hama, hama juga memerlukan air
untuk kelangsungan hidupnya terutama pada hama serarangga. Serangga akan
mengkonsumsi air dari lingkungannya dan secara terus-menerus melepaskan air
melalui proses penguapan dan ekresi. Dalam hal ini air yang dibutuhkan serangga
dipengaruhi oleh lingkungannya terutama kelembaban udara.
Kelembaban
udara sangat mempengaruhi perkembangan, pertumbuhan, pembiakan, dan kereaktifan
suatu hama ataupun penyakit baik langsung maupun tidak langsung kerena semakin
lembab iklim disuatu tempat maka penyakit akan semakin cepat berkembang.
Kelembaban yang relatif tinggi merupakan kondisi potensial timbulnya penyakit.
Terjadinya infeksi patogen kerap ditentukan kondisi kelembaban disekitar
pertanaman, terutama bagi patogen cendawan. Berbeda dengan penyakit cendawan,
penyakit yang disebabkan oleh virus umumnya lebih berkembang pada musim kering.
Lain halnya dengan perkembangan hama, jika kelembaban udara rendah maka
timbulnya penyakit dapat dikurangi tetapi hama tanaman dapat berkembang.
Kemampuan hama bertahan hidup terhadap kelembaban udara disekitarnya
berbeda-beda menurut jenisnya. Selain itu, kelembaban udara juga mempengaruhi
penyebaran hama.
Kelembaban
udara diwilayah Payakumbuh berdasarkan situs Weather.com mengatakan bahwa
kelembaban daerah Payakumbuh berkaisar antara 80%-90%. Sehingga berdasarkan
syarat tumbuh tanaman tebu yang mana syarat kelembaban 65-85% dapat dikatakan sebagai
kelembaban yang cukup tinggi
untuk budidaya tanaman tebu sehingga
rentan terhadap serangan penyakit. Kelembaban antara
45%-60% akan mempengaruhi kematangan tebu.
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unila.ac.id/778/8/BAB%20I.pdf
Astuti, A. 2005. Aktivitas Proses Dekomposisi Berbagai Bahan Organik Dengan Aktivator
Alami dan Buatan. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian. AGRUMY. Fakultas Pertanian. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Astuti, A. 2005. Aktivitas Proses Dekomposisi Berbagai Bahan Organik Dengan Aktivator
Alami dan Buatan. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian. AGRUMY. Fakultas Pertanian. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Cuenca R. H. 1989. Irrigation System Design: an Engineering
Approach. Prentice Hall Inc. New York.
Hakim, N, M. Y. Nyapka, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung. Lampung.
Hansen, V. E., O. W. Israelsen, and Stringham. 1986. Dasar-dasar dan Praktek
Irigasi. Terjemahan oleh Soetjipto, E. P. Tachyan. Erlangga, Jakarta.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Medytama Sarana Perkasa, Jakarta.
Nurhajati, hakim. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung,
Lampung.
Satria, M. A. 2008. Pengaruh Volume Irigasi Siram Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Stroberi Pada Sistem Pertanian Organik. Skripsi. Jurusan
Teknologi Pertanian. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Comments
Post a Comment