Skip to main content

PENGARUH KELEMBABAN UDARA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TEBU


BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan suhu dan kelembaban yang tinggi. Kondisi ini sangat mendukung pertumbuhan kapang toksigenik penghasil mikotoksin. Kapang penghasil mikotoksin seperti) XVDULXPsp banyak ditemukan pada komoditas pertanian di Indonesia seperti serealia (jagung, gandum, sorgum dan beras) dan kacang-kacangan (kacang tanah dan kedelai) yang digunakan sebagai bahan pangan dan pakan. Mikotoksin yang dihasilkan oleh) XVDULXP sp sebagai metabolit sekunder, diantaranya adalah fumonisin (Leslie dan Summerell, 2006).
Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman ini
hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis
rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai
kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan
Sumatera. Untuk pembuatan gula, batang tebu yang sudah dipanen diperas dengan
mesin pemeras (mesin press) di pabrik gula. Sesudah itu, nira atau air perasan tebu
tersebut disaring, dimasak, dan diputihkan sehingga menjadi gula pasir yang kita
kenal. Dari proses pembuatan tebu tersebut akan dihasilkan gula 5%, ampas tebu
90% dan sisanya berupa tetes (molasse) dan air (Balitbangtan, 2007).
Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian
Indonesia. Dengan luas areal sekitar 350 ribu ha, industri gula berbasis tebu
merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu petani dengan
jumlah tenaga kerja yang terlibat mencapai sekitar 1,3 juta orang (Balitbangtan,
2007).
Menurut Toharisman (2007), Sumatera Utara merupakan salah satu daerah
penghasil gula di luar pulau Jawa, setiap tahunnnya mengalami penurunan
produksi akibat menurunnya luas areal yang dapat ditanami tebu dan tingkat
produktivitas gula PTPN II (Sumatera Utara) hingga Oktober 2007 hanya 2,83
ton/ha. Penurunan produktivitas gula juga terkait dengan berbagai faktor seperti
penggunaan dan penataan varietas unggul, kultur teknis dan masa tanam yang
tidak optimal.
Tanaman tebu merupakan salah satu tanaman yang dapat berfungsi sebagai obat dan bahan dasar gula. Tanaman tebu memerlukan lahan yang sesuai untuk tumbuh. Dengan lahan yang sesuai maka tanaman tebu dapat tumbuh subur dan hasil panen meningkat. Tanaman tebu dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan lembab. Kelembaban yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini > 70%. Suhu udara berkisar antara 28-340C. Media tanam yang terbaik adalah tanah subur dan cukup air tetapi tidak tergenang. Jika ditanam ditanah sawah dengan irigasi, pengairan mudah diatur, tetapi jika ditanam di ladang/tanah kering yang tadah hujan penanaman harus dilakukan dimusim hujan. Ketinggian tempat yang baik untuk pertumbuhan tebu adalah 5 sampai 500 m dpl. (Supriyadi. 1995)
Hasil perbandingan antara persyaratan penggunaan lahan dari tipe penggunaan lahan tertentu dengan kualitas lahan suatu satuan peta lahan dikombinasikan dengan hasil analisa input–output, dampak terhadap lingkungan dan analisa sosial ekonomi menghasilkan suatu kelas kesesuaian lahan yang menunjukan kesesuaian masing–masing satuan peta lahan untuk penggunaan lahan tertentu (Sarwono Harjowigeno dan Widiyatmaka. 2007).
Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas penting
sebagai bahan pembuatan gula yang sudah menjadi kebutuhan industri dan rumah
tangga. Hal ini dikarenakan dalam batangnya terkandung 20% cairan gula (Royyani
dan Lestari, 2009). Produksi gula Indonesia tidak mengalami perkembangan yang
berarti semenjak tahun 1995 hingga tahun 2010. Hal ini dapat dilihat pada data yang
dirilis oleh Badan Pusat Statistik tahun 2012 yang menunjukkan bahwa produksi gula
tebu di Indonesia pada tahun 1995 sebesar 2,1 juta ton sedangkan produksi tahun
2010 hanya 2,3 juta ton. Hal ini menyebabkan pemerintah harus melakukan impor
gula sebesar 240.000 ton untuk mencukupi kebutuhan gula (BPS, 2012). Dalam
menyikapi masalah tersebut pemerintah melakukan berbagai upaya guna menekan
impor gula di Indonesia.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produksi gula
dalam negeri adalah upaya ekstensifikasi dan intensifikasi. Upaya ekstensifikasi yang
dilakukan pemerintah adalah melakukan perluasan areal pertanaman tebu yang pada
tahun 2000 hanya berkisar 288.000 ha saat ini luas pertanaman tebu mencapai 429.000 ha (BPS, 2012). Akan tetapi upaya pemerintah untuk meningkatkan
produktivitas gula menghadapi berbagai macam kendala.
Salah satu kendala yang dihadapi adalah permasalahan budidaya. Dalam budidaya
tebu masalah utama yang dihadapi adalah tingkat kompetisi tanaman dengan gulma.
Gulma merupakan organisme pengganggu tanaman (OPT) yang tidak akan pernah
hilang dari pandangan petani, penyuluh, peneliti, dan pengambil kebijakan karena
keberadaannya lebih banyak merugikan daripada memberikan keuntungan. Oleh
sebab itu, manusia selalu berusaha mengelolanya.

1.2 Tujuan
1. untuk mengetahui pengaruh kelembapan udara pada pertumbuhan tanaman tebu
2. untuk mengetahui pertumbuhan tanaman tebu


BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Tebu
2.1.1 Morfologi tanaman tebu
Tanaman tebu menurut ilmu tumbuh-tumbuhan termasuk famili rumput
(graminae) dan golongan saccharae atau saccharum. Termasuk dalam famili
rumput adalah tanaman bambu, padi, jagung, rumput benggala, rumput gerinting,
dan sebagainya. Saccharum terbagi dalam 2 kelompok yaitu saccharum
spontaneum (glagah) dan saccharum officinarum (tebu) (PTP Nusantara VII
[Persero], 1997).
Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan semusim yang
dipanen satu kali dalam satu kali siklus hidupnya.Tanaman ini ditanam besarbesaran secara monokultur di Indonesia. Klasifikasi botani tanaman tebu adalah
sebagai berikut :
Divisi               : Spermatophyta
Sub divisi        : Angiospermae
Kelas               : Monocotyledonae
Famili              : Poaceae
Genus              : Saccharum
Spesies            : Saccharum officinarum L.
Tebu merupakan tanaman berbiji tunggal yang batangnya selama pertumbuhan
hampir tidak bertambah besarnya. Tinggi tanaman tebu bila tumbuh dengan baik
dapat mencapai 3—5 meter. Namun bila pertumbuhannya jelek tingginya kurang
dari 2 meter (PTP Nusantara VII [Persero], 1997).
Batang tebu berbentuk bulat memanjang dengan ukuran diameter berkisar 1,5—3
cm, panjang berkisar 2—3,5 m dan berat segar batang 0,8—2 kg. Bagian batang
luar berkulit keras sedangkan bagian dalam relatif lebih lunak dan mengandung
nira (air gula). Batang tebu terdiri dari susunan ruas-ruas, antara ruas satu dengan
ruas berikutnya dihubungkan oleh buku ruas. Pada setiap buku ruas terdapat satu
mata tunas dan sejumlah primordia akar yang berperan penting dalam
perkembangbiakan tanaman tebu. Tebu tumbuh membentuk rumpun yang terdiri
dari 3—5 batang per rumpun (Riyanto, 1999).
Akar tanaman tebu tumbuh dan berkembang di bawah permukaan tanah yang
tidak dapat dimonitor perkembangannya setiap saat karena tertutup oleh lapisan
tanah dan tidak dapat dilihat tanpa menggali tanah. Sistem perakaran tebu adalah
akar serabut. Perakaran tebu terdiri dari dua jenis akar, yaitu akar stek dan akar
tunas. Akar stek tumbuh dari primordia akar yang terdapat pada stek batang yang
ditanam. Akar stek disebut juga akar bibit yang masa hidupnya tidak lama
sedangkan akar tunas merupakan pengganti akar bibit, tumbuh dari primordial
akar yang terdapat pada buku ruas pada pankal batang dari tunas.
Pertumbuhan dan perkembangan akar dipengaruhi oleh lingkungan media tumbuh
akar secara fisik, kimia, dan biologi yang bersifat heterogen sesuai dengan kondisi
tanah tempat tumbuhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar antara lain: 1) kekerasan, aerasi, dan kelengasan tanah, 2)
hama dan penyakit yang menyerang, 3) kedalaman tanam dan permukaan air
tanah (Riyanto, 1999).
Tanaman tebu memiliki akar serabut yang keluar dari pangkal batang serta tidak
banyak bercabang dan hampir lurus. Pada tanah yang subur dan gembur, akar
tebu menjalar 1—2 meter tetapi sebaliknya akar tumbuh pendek pada tanah yang
kurus atau keras. Ujung setiap akar ditutup dengan tudung akar (calytra) dan
berjarak beberap mm dari tudung akar terdapat bulu-bulu halus yang disebut bulu
akar (harwortels). Adanya bulu-bulu akar ini menandakan akar tumbuh dengan
baik. Akar baru yang terbentuk berwarna putih, setelah tua berubah warna
menjadi kecoklatan dan mempunyai banyak cabang (PTP Nusantara VII
[Persero], 1997).
Daun tebu berpangkal pada buku daun dan duduk pada batang secara berseling.
Daun tebu tumbuh melekat pada ruas batang tebu, setiap ruas hanya tumbuh satu
daun. Daun tebu merupakan daun tunggal yang terdiri dari pelepah dan helaian
daun tidak memiliki tangkai daun. Panjang helaian daun umumnya lebih dari 1 m
dengan lebar 3—5 cm. Pelepah daun membungkus batang waktu tanaman masih
muda, setelah tua akan gugur atau lepas batang.
Pelepah daun tebu seringkali digunakan untuk mencirikan antara varietas yang
satu dengan yang lain, terutama dilihat dari adanya perbedaan pada bentuk telinga
dalam dan bulu bidang punggung pada pelepah. Pelepah daun sebagai sistem
pertahanan berperan melindungi mata tunas ketika masih muda agar terhindar dari
kerusakan mekanis (Riyanto, 1999).
2.1.2  Kesesuaian lahan tanaman tebu
Tanaman tebu tumbuh dan berproduksi dengan baik pada kondisi sebagai berikut :
a. Topografi
Tanaman tebu tumbuh di daerah tropika dan subtropika sekitar khatulistiwa
sampai batas garis isoterm 200C yaitu antara 19” LU dan 35” LS. Lahan yang
baik untuk tebu mempunyai kemiringan 0 - 8% dengan bentuk lahan datar
sampai bergelombang lemah. Kondisi lahan optimum dengan kemiringan 0 -
2%.

b. Tanah
Tanaman tebu menghendaki tanah yang tidak terlalu kering dan juga tidak
terlalu basah. Kesesuaian pH tanah antara 6,0—7,0 dan bila pH >7,5, maka
produksi tebu akan terus menurun akibat mengalami kekurangan P
(mengendap).

c. Iklim
Curah hujan. Tanaman tebu membutuhkan air yang cukup (3,0—5,0
mm/hari) pada fase pertumbuhan vegetatif, sedangkan pada fase pemasakan
memerlukan kondisi kering dengan curah hujan kurang dari 100 mm.
Penyinaran. Radiasi matahari 70—80% dapat memberikan hasil yang cukup
baik bagi tanaman tebu.

d. Angin
Kecepatan angin yang baik untuk tanaman tebu adalah 10 km/jam,
angin yang terlalu besar akan menyebabkan robohnya tanaman tebu.

e. Suhu
Suhu optimum untuk pertumbuhan tanaman tebu adalah 2227OC
dengan beda suhu siang dan malam ±10OC.
f. Kelembaban
Tanaman tebu dapat tumbuh didaerah yang beriklim panas dan sedang. Namun umumnya tanaman tebu tumbuh baik di daerah beriklim tropis. Tebu memerlukan suhu tertentu, yaitu 22-270 C dengan kelembaban sekitar 65-85% untuk menghasilkan sukrosa yang tinggi. Dalam masa pertumbuhan tanaman tebu memerlukan banyak air, sedangkan tebu masak untuk dipanen, membutuhkan keadaan yang kering dan tidak ada hujan, sehingga pertumbuhannya terhenti.
2.1.3 Fase pertumbuhan tanaman tebu
Tanaman tebu memiliki beberapa fase pertumbuhan mulai dari fase
perkecambahan hingga pemasakan teu. Fase tersebut terdiri atas:
a. Fase perkecambahan
Pada minggu pertama mata tunas akan membentuk taji dan tunas mulai keluar,
tinggi taji akan makin banyak dan mencapai 12 cm pada minggu kedua. Pada
minggu ketiga daun akan terbuka dengan tinggi tunas 20—25 cm. Pada
minggu keempat akan terbentuk 4 helai daun dengan tinggi ±50 cm, akar tunas
dan anakan akan keluar pada minggu kelima. Kondisi tersebut berlangsung
bila cukup air, udara, dan sinar matahari.
b. Fase pertumbuhan anakan
Tebu beranak mulai umur 5 minggu sampai dengan 3,5 bulan, tergantung
varietas dan lingkungan tumbuh. Jumlah anakan tertinggi terjadi pada umur
3—5 bulan dan setelah itu turun atau mati sebanyak 40—50% akibat
terjadinya persaingan sinar matahari, air dan sebagainya.


c. Fase pemanjangan batang
Pemanjangan batang terjadi pada umur 3—9 bulan. Kecepatan pembentukan
ruas adalah 3—4 ruas/bulan. Pemanjangan batang tanaman tebu akan
melambat pada saat umur tanaman semakin tua.
d. Fase pemasakan
Fase pemasakan adalah fase antara pertumbuhan memanjang dan tebu mati.
Pemasakan tebu terjadi pada saat metabolisme berkurang dan terjadi pengisian
gula pada ruas-ruas tebu. Fase kemasakan pada tanaman keprasan (ratoon)
terjadi lebih awal dibandingkan tanaman baru (plant cane). Fase kemasakan
20 dipengaruhi oleh varietas, cara budidaya (terutama pupuk N dan P) serta
kondisi lingkungan seperti suhu, matahari serta air (PTP Nusantara VII
[Persero], 1997).













BAB III Pengaruh Kelembaban Udara Terhadap Tanaman

Tanaman tumbuh dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berasal dari tumbuhan itu sendiri disebut faktor internal, namun faktor yang berasal dari lingkungan disebut faktor eksternal. beberapa dari faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah kelembaban udara. Kelembaban udara berarti kandungan uap air di udara. Kelembaban dibutuhkan oleh tanaman agar tubuhnya tidak cepat kering karena penguapan. Kelembaban yang dibutuhkan tanaman berbeda-beda tergantung pada jenisnya. jika ingin mendapatkan produktifitas yang optimal, tanaman ada yang membutuhkan kelembaban yang tinggi dan ada juga yang membutuhkan kelembaban yang rendah.

Kelembaban udara berpengaruh terhadap penguapan pada permukaan tanah dan penguapan pada daun. Contohnya pohon, bila kelembaban tinggi maka pertumbuhan pohon akan terganggu karena tidak seimbangnya antara unsur air dan cahaya. Tetapi kelembaban udara yang tinggi sangat mempengaruhi pertumbuhan organ vegetatif pada pohon. 

Kelembaban udara akan berpengaruh terhadap laju penguapan atau transpirasi. Jika kelembaban rendah, maka laju transpirasi meningkat dan penyerapan air dan zat-zat mineral juga meningkat. Hal itu akan meningkatkan ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman. Dan sebaliknya, jika kelembaban tinggi, maka laju transpirasi rendah dan penyerapan zat-zat nutrisi juga rendah . Hal ini akan mengurangi ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman sehingga pertumbuhannya juga akan terhambat. Selain itu, kelembaban yang tinggi akan menyebabkan tumbuhnya jamur yang dapat merusak atau membusukkan akar tanaman. Dan apabila kelembabannya rendah akan menyebabkan timbulnya hama yang dapat merusak tanaman.

Pengaruh Kelembaban Udara Terhadap Hama dan Penyakit

Tidak ada organisme yang dapat hidup tanpa air karena disetiap bagian tubuh makhluk hidup pasti memerlukan air. Sama halnya dengan hama, hama juga memerlukan air untuk kelangsungan hidupnya terutama pada hama serarangga. Serangga akan mengkonsumsi air dari lingkungannya dan secara terus-menerus melepaskan air melalui proses penguapan dan ekresi. Dalam hal ini air yang dibutuhkan serangga dipengaruhi oleh lingkungannya terutama kelembaban udara.
Kelembaban udara sangat mempengaruhi perkembangan, pertumbuhan, pembiakan, dan kereaktifan suatu hama ataupun penyakit baik langsung maupun tidak langsung kerena semakin lembab iklim disuatu tempat maka penyakit akan semakin cepat berkembang. Kelembaban yang relatif tinggi merupakan kondisi potensial timbulnya penyakit. Terjadinya infeksi patogen kerap ditentukan kondisi kelembaban disekitar pertanaman, terutama bagi patogen cendawan. Berbeda dengan penyakit cendawan, penyakit yang disebabkan oleh virus umumnya lebih berkembang pada musim kering. Lain halnya dengan perkembangan hama, jika kelembaban udara rendah maka timbulnya penyakit dapat dikurangi tetapi hama tanaman dapat berkembang. Kemampuan hama bertahan hidup terhadap kelembaban udara disekitarnya berbeda-beda menurut jenisnya. Selain itu, kelembaban udara juga mempengaruhi penyebaran hama.
Kelembaban udara diwilayah Payakumbuh berdasarkan situs Weather.com mengatakan bahwa kelembaban daerah Payakumbuh berkaisar antara 80%-90%. Sehingga berdasarkan syarat tumbuh tanaman tebu yang mana syarat kelembaban 65-85% dapat dikatakan sebagai kelembaban yang cukup tinggi untuk budidaya tanaman tebu sehingga rentan terhadap serangan penyakit. Kelembaban antara 45%-60% akan mempengaruhi kematangan tebu.










DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unila.ac.id/778/8/BAB%20I.pdf
Astuti, A. 2005. Aktivitas Proses Dekomposisi Berbagai Bahan Organik Dengan Aktivator
Alami dan Buatan. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian. AGRUMY. Fakultas Pertanian. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Cuenca R. H. 1989. Irrigation System Design: an Engineering Approach. Prentice Hall Inc. New York.
Hakim, N, M. Y. Nyapka, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Hansen, V. E., O. W. Israelsen, and Stringham. 1986. Dasar-dasar dan Praktek Irigasi. Terjemahan oleh Soetjipto, E. P. Tachyan. Erlangga, Jakarta.


Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Medytama Sarana Perkasa, Jakarta.


Nurhajati, hakim. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.


Satria, M. A. 2008. Pengaruh Volume Irigasi Siram Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Stroberi Pada Sistem Pertanian Organik. Skripsi. Jurusan Teknologi Pertanian. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.


Comments

Popular posts from this blog

Mengunjungi Gunung Fuji di Musim Dingin

  Pada tanggal 3 Januari 2018, saya mengalami salah satu perjalanan paling berkesan dalam hidup saya. Hari itu menjadi hari pertama saya melihat Gunung Fuji secara langsung, simbol kebanggaan Jepang yang selama ini hanya saya lihat di foto-foto dan kartu pos. Pagi itu dimulai dengan kesibukan yang tak biasa. Bos kami, yang juga ikut dalam perjalanan, memberikan instruksi tegas untuk bangun pukul 3 pagi. Bayangkan, bangun sepagi itu di tengah musim dingin dengan suhu menyentuh nol derajat! Saya dan teman-teman sekantor menginap di sebuah penginapan di Terunuma, sebuah daerah di Ibaraki. Kami bergegas mempersiapkan diri, memakai pakaian berlapis-lapis demi melawan dinginnya udara pagi. Suasana masih sangat gelap ketika kami naik ke dalam mobil. Meskipun tubuh menggigil, semangat untuk melihat keindahan Gunung Fuji langsung menghangatkan hati kami. Perjalanan menuju Gunung Fuji memakan waktu sekitar tiga jam. Selama perjalanan, kami bercanda untuk mengusir kantuk dan membicarakan e...

Bahasa Pemrograman yang Menjadi Tren di Tahun 2025 dan Tempat Belajarnya Secara Gratis

  Seiring perkembangan teknologi, bahasa pemrograman terus mengalami perubahan tren untuk menjawab kebutuhan industri. Tahun 2025 menjadi tahun yang menarik, dengan beberapa bahasa pemrograman menonjol dalam berbagai bidang seperti kecerdasan buatan, pengembangan web, hingga aplikasi seluler. Berikut adalah ulasan tentang bahasa pemrograman yang sedang tren dan di mana Anda bisa mempelajarinya secara gratis. Bahasa Pemrograman yang Menjadi Tren di 2025 1. Python Python terus menjadi pilihan utama berkat kesederhanaannya dan dukungan luas di bidang kecerdasan buatan serta analisis data. Bahasa ini sangat ideal bagi pemula maupun profesional. 2. Rust Rust semakin populer karena fokusnya pada keamanan memori dan performa tinggi. Bahasa ini cocok untuk pengembangan sistem yang membutuhkan keandalan tinggi. 3. JavaScript Sebagai bahasa yang dominan di pengembangan web, JavaScript tetap menjadi pilihan favorit, terutama dengan framework seperti React dan Node.js yang terus berkembang. 4....

Mekarnya Bunga Sakura di Hati Mia

Di sebuah kota kecil di Jepang, tinggal seorang pemuda bernama Akira. Dia adalah seorang pria sederhana dengan mimpi besar, tetapi hari-harinya yang biasa berubah sejak pertama kali ia melihat Mia, seorang gadis dengan senyum yang mampu meluruhkan dinginnya musim dingin. Rambut hitam panjang Mia terurai lembut, dan langkah kakinya seperti tarian angin di antara dedaunan gugur. Bagi Akira, Mia adalah bunga sakura yang mekar di musim semi—indah, lembut, tetapi tampak tak terjangkau. Setiap pagi, ia sengaja datang lebih awal ke taman tempat Mia sering membaca buku di bangku favoritnya. Ia duduk di kejauhan, mengamati bagaimana sinar matahari pagi menyelimuti wajah Mia yang khusyuk membaca. Suatu hari, Akira memberanikan diri menghampiri Mia. Tangannya sedikit bergetar saat ia menyerahkan secarik kertas kecil berisi sebuah puisi. Puisi itu ia tulis dengan penuh rasa, menggambarkan betapa Mia adalah satu-satunya alasan musim semi terasa lebih indah tahun ini. Namun, Mia hanya te...